;
rinduku jatuh pada setiap patahan besi rel kereta sepanjang Kiaracondong-Surabaya Gubeng. Mencoba memahami kata salah yang menyelip dalam pemikiran kau dan aku.
Tangisku tumpah di Malang, di bawah kaki Semeru yang agung. Hanya Tuhan yang persis tahu rasa ini.
Cengkraman angin dingin Ranu Pane membuatku sadar bahwa tidak ada pelukan hangat yang menangkapku 5 detik sebelum aku terjatuh. Aku bisa jatuh sendiri.
Meninggalkanmu tidak semudah berlari dari kejaran badai pasir di Kalimati. Tapi kembali padamu, senyaman membuka sepatu setelah perjalanan Ranu Pane-Kumbolo selama tujuh setengah jam.
Damai adalah bergelut bersama sms-sms lagi denganmu, seperti kembali duduk di sisi Ranu Kumbolo sambil mencelupkan kaki yang terlampau lelah berjalan.
Aku takut kehilanganmu, seperti aku takut kehilangan diriku saat mendengar letupan wedus gembel di Kalimati. Mencintaimu adalah mendamaikan rasa sakit dan bahagia.
Entah harus seperti apa.
rinduku jatuh pada setiap patahan besi rel kereta sepanjang Kiaracondong-Surabaya Gubeng. Mencoba memahami kata salah yang menyelip dalam pemikiran kau dan aku.
Tangisku tumpah di Malang, di bawah kaki Semeru yang agung. Hanya Tuhan yang persis tahu rasa ini.
Cengkraman angin dingin Ranu Pane membuatku sadar bahwa tidak ada pelukan hangat yang menangkapku 5 detik sebelum aku terjatuh. Aku bisa jatuh sendiri.
Meninggalkanmu tidak semudah berlari dari kejaran badai pasir di Kalimati. Tapi kembali padamu, senyaman membuka sepatu setelah perjalanan Ranu Pane-Kumbolo selama tujuh setengah jam.
Damai adalah bergelut bersama sms-sms lagi denganmu, seperti kembali duduk di sisi Ranu Kumbolo sambil mencelupkan kaki yang terlampau lelah berjalan.
Aku takut kehilanganmu, seperti aku takut kehilangan diriku saat mendengar letupan wedus gembel di Kalimati. Mencintaimu adalah mendamaikan rasa sakit dan bahagia.
Entah harus seperti apa.